0811113087
RANCANGAN KEBUN LEBAH – Sebuah Model Alternatif untuk Lebah Tanpa Sengat

RANCANGAN KEBUN LEBAH – Sebuah Model Alternatif untuk Lebah Tanpa Sengat

Tulisan ini berupaya untuk memberi ilustrasi bagaimana mengembangkan budidaya lebah tanpa sengat yang dimulai dari sebuah kebun yang berukuran sekitar 1000 m2 yang dapat diduplikasi atau dikembangkan menjadi beberapa kebun sesuai dengan kapasitas lahan yang tersedia.

Kecepatan duplikasi kebun bergantung pada kemampuan koloni lebah untuk tumbuh dan berkembangbiak. Untuk tumbuh dan berkembang biak dengan baik maka dibutuhkan lingkungan yang ramah serta bersahabat dengan lebah. Salah satu yang utama adalah penyediaan pakan berupa vegetasi yang utamanya terdiri dari kelompok vegetasi yang menghasilkan polen, nektar dan resin (NPR).

Kami membuat sebuah model kebun seluas sekitar 1000 m2 untuk menampung 40-50 koloni lebah jenis Tetragonula biroi yang terintegrasi dengan vegetasi yang dirancang untuk menghasilkan pakan NPR yang melimpah. Tentunya jenis tanaman yang dipakai bisa disesuaikan dengan sumberdaya yang ada di setiap daerah. Termasuk memasukkan jenis tanaman lokal atau eksisting yang bisa dimanfaatkan sehingga bisa menghemat biaya dan waktu.

Kebun yang akan dijadikan sebagai tempat budidaya lebah trigona dibagi menjadi beberapa ruang untuk kelompok tanaman penghasil nektar (berwarna hijau muda), kelompok tanaman penghasil polen (berwarna kuning) dan kelompok tanaman penghasil resin/getah (berwarna hijau tua). Koloni lebah berada di tengah kebun (warna biru).

Berikut rancangan dasar pembagian ruang untuk vegetasi tanaman penghasil NPR (Nektar, Polen dan Resin) di dalam satu unit kebun seluas 960 m2:

Kelompok tanaman penghasil nektar terdiri dari jenis pepohonan dan semak yang bersifat tahunan, beberapa juga bisa menghasilkan polen dan resin. Dipilih jenis tanaman yang diharapkan makin berumur makin melimpah pakan yang dihasilkannya. Ada yang instan (jangka pendek) bisa menghasilkan nektar seperti jenis semak euphorbia, batavia, xanthostemon, heliconia, air mata pengantin. Sedangkan yang jangka panjang adalah jenis pepohonan seperti kersen, akasia dan pisang.

Kelompok tanaman penghasil polen didominasi oleh jenis tanaman semusim dengan maksud untuk menjamin ketersediaan polen yang melimpah sepanjang tahun. Tanaman ini bisa dipergilirkan jadwal penanamannya sehingga bisa tersedia setiap waktu sepanjang tahun. Tanaman yang dipilih adalah jenis yang bisa menghasilkan biji atau benih dalam jumlah banyak setiap pohonnya sehingga akan sangat efektif memenuhi kebun dalam waktu yang cepat. Sebagai contoh tanaman celocia (jengger ayam) dengan membeli 1 sachet benih yang berisi 50 biji setelah tumbuh bisa menghasilkan ribuan biji yang bisa ditanam kembali dikebun sehingga selanjutnya bisa menghemat biaya penanaman.

Kelompok tanaman penghasil resin atau getah berupa jenis pepohonan yang bisa menghasilkan resin sepanjang tahun. Namun resin yang dihasilkan jika baru ditanam belum bisa langsung dimanfaatkan karena pohon muda belum cukup menyediakan kebutuhan resin dalam jumlah banyak sehingga perlu dipilih lahan atao lokasi yang secara alami sudah tersedia pohon besar penghasil resin. Penambahan pohon penghasil resin muda dilakukan untuk menambah ketersediaan dan variasi jenis resin atau untuk menambah mutu propolis yang dihasilkan.

Selanjutnya dipilih vegetasi yang mewakili masing-masing jenis pakan, dipetakan dan dihitung kebutuhan jumlahnya sehingga bisa dihitung anggaran biaya dan menghasilkan denah sebagai berikut:

Idealnya rumah/saung/gubug yang berisi stup atau koloni lebah diposisikan di tengah kebun (seperti yang terlihat dalam gambar di atas yang berwarna biru). Tanaman rambat air mata pengantin (dalam gambar di atas diberi warna pink) yang menjadi favorit lebah dalam mencari nektar dan polen ditanam di sekitar saung yang rambatannya akan menjalar hingga ke atas saung dalam hamparan seluas 12 m x 6 m (= 72 m2). Dengan sumber pakan yang sangat dekat dengan sarangnya diharapkan dapat meningkatkan efektifitas lebah pekerja dalam mengumpulkan makanan untuk ratu dan larva/anakan lebah.

Berikut gambar ilustrasi penempatan stup dalam saung yang dikelilingi tanaman rambat air mata pengantin:

Saung lebah tanpa sengat

Dengan program pengembangbiakan koloni yang baik maka setiap tahun koloni akan bertambah. Kecepatan pertambahan koloni lebah sangat bergantung pada kesehatan ratu dan koloninya dalam berkembangbiak, Kami asumsikan pertambahan koloni menjadi dua kali lipat setiap tahun (dalam realisasinya bisa 3 atau 4 kali lipat). Maka pertambahan koloni jika dimulai dari 50 stup pada tahun kedua akan bertambah menjadi 100 stup (2 saung = 2 kebun), tahun ketiga menjadi 200 stup (4 saung = 4 kebun), tahun ke-IV menjadi 400 stup (8 saung = 8 kebun) dst.

Berikut ilustrasi perkembangan kebun setiap tahun dalam lahan seluas 1 ha:

Dengan model rancangan kebun lebah tanpa sengat seperti ini diharapkan akan membantu memudahkan pelaku budidaya lebah tanpa sengat untuk mengembangkan usahanya dengan lebih terarah. Tentu saja model seperti ini bisa dimodifikasi sesuai keperluan dan kondisi riil di lapangan.

Saat ini kami sedang mengaplikasikan model kebun di atas dengan mitra yang memiliki vila dengan luas lahan 2.8 ha yang salah satu bagiannya akan dijadikan sebagai kebun untuk lebah tanpa sengat. Bagi anda yang ingin memiliki kebun lebah tanpa sengat dengan model di atas silahkan menghubungi kami.

Membangun Kebun Lebah Tanpa Sengat

Membangun Kebun Lebah Tanpa Sengat

Syarat Penempatan Koloni Lebah

Sebelum memutuskan penempatan koloni lebah pada suatu lokasi maka harus dipastikan dulu bahwa lokasi tersebut merupakan tempat yang cocok untuk pengembangan budidaya lebah.

Adalah hal yang percuma segala sesuatu yang sudah dilakukan jika pada akhirnya hancur dengan sia-sia sementara waktu, biaya dan tenaga sudah banyak terbuang.

Beberapa hal yang wajib diperhatikan terutama adalah (1) kesesuaian habitat (iklim, topografi, dll) dengan jenis yang akan dikembangkan, (2) potensi ancaman terhadap kelangsungan hidup lebah berupa hama/penyakit/predator, (3) keamanan koloni dari gangguan hewan ataupun manusia dan (4) Ketersediaan vegetasi pakan NPR (Nektar, Polen dan Resin)

Petunjuk yang paling gampang terhadap kesesuaian habitat adalah keberadaan jenis yang sama yang akan dikembangkan di lokasi tersebut. Makin banyak koloni, ragam dan hasil produksi lebah lokal atau yang sudah ditempatkan di lokasi tersebut maka makin cocok untuk tempat budidaya.

Potensi ancaman terhadap kelangsungan hidup lebah berupa hama/penyakit/predator dan pertanian non organik perlu dipertimbangkan atau diantisipasi. Sebagai contoh keberadaan peternakan walet, BSF (Black Soldier Fly – lalat tentara hitam), pertanian non organik, penyemprotan rutin pestisida dan fogging bisa menjadi mesin pembunuh yang efektif terhadap lebah-lebah yang dipelihara.

Lokasi yang aman dari gangguan hewan dan manusia mutlak diperlukan. Banyak kejadian menyedihkan koloni-koloni yang hilang dicuri manusia atau dirusak hewan pengganggu seperti kera, babi hutan, beruang, dll.

Jika ketiga hal di atas sudah tidak bermasalah atau bisa diantisipasi maka rencana budidaya lebah tanpa sengat sudah bisa dilanjutkan ke tahap penyediaan vegetasi pakan yang menunjang pertumbuhan, perkembangan dan produksi koloni lebah.

Membangun Kebun Lebah Tanpa Sengat Trigona

Membangun kebun lebah tanpa sengat bergantung sumberdaya tanaman yang ada di dalam kebun atau lokasi tersebut. Bisa menjadi sangat mudah jika vegetasi yang dibutuhkan sudah tersedia dengan sendirinya. Tetapi menjadi sulit jika syarat vegetasi yang dibutuhkan belum tersedia sebagian atau bahkan seluruhnya.

Butuh waktu hingga tahunan untuk mendapatkan kebun yang matang yang mampu menyediakan pakan seluruh koloni lebah yang ada. Maka sungguh beruntung daerah-daerah yang memiliki sumberdaya alam melimpah tanpa harus membangun kebun pakan untuk budidaya lebah trigona.

Namun membangun kebun lebah tanpa sengat sungguh mungkin untuk dilakukan dan bisa menjadi aktifitas yang menyenangkan bagi yang suka berkebun. Selain itu penyediaan vegetasi pakan lebah tanpa sengat merupakan aktivitas yang ramah lingkungan yakni berupa kegiatan penghijauan lahan yang banyak manfaatnya bagi makhluk hidup apalagi dalam skala luas berupa reboisasi hutan yang sudah gundul.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membangun vegetasi pakan lebah tanpa sengat.

(1) Tidak perlu semua jenis tanaman berbunga harus dihadirkan di dalam kebun budidaya. Beberapa jenis tanaman dominan yang dapat memasok kebutuhan pakan lebah sebenarnya sudah cukup. Namun kecermatan memilih tanaman yang tepat sangat dibutuhkan demi keberlangsungan hidup lebah dan produktivitasnya sepanjang tahun. Kekurangcermatan akan menghasilkan kekecewaan yang panjang dan hasil yang tidak sempurna.

Suatu contoh peternakan lebah Heterotrigona itama d Bangka dengan beberapa jenis vegetasi lokal Akasia mangium, senduduk, kedondong hutan, gelam dan karet mampu menghasilkan rata-rata 60 kg madu per bulan dari sekitar 300 koloni

Contoh lain suatu peternakan lebah Tetragonula biroi mampu menghasilan madu per stup 1-1.5 kg dalam waktu sekitar 3 bulan dengan vegetasi dominan pinus, Akasia mangium, kaliandra pagoda dan rerumputan liar yang didominasi jenis portulacca.

Bahkan lahan dengan vegetasi monokultur dari satu jenis tanaman yang mampu menghasilkan nektar, polen dan resin sekaligus sepanjang tahun bisa menjadi tempat budidaya yang ideal. Vegetasi mangrove, nyamplung, sulatri, jeruk2an dan karet merupakan salah satu contoh yang cukup baik untuk menjadi tempat budidaya lebah tanpa sengat pada lahan dengen vegetasi monokultur

(2) Vegetasi tanaman penghasil resin mutlak harus ada terlebih dahulu. Carilah lokasi yang sudah ada tanaman penghasil resin andalan yang disukai lebah tanpa sengat. Tanaman penghasil resin biasanya berasal dari jenis pepohonan atau tanaman tahunan. Butuh waktu minimal 3 tahun untuk mendapatkan pohon penghasil resin yang matang. Namun ada juga penghasil resin dari jenis tanaman semak namun tidak bisa menjadi andalan utama seperti batavia (Jatropha Integerrima), euphorbia, pisang2an.

(3) Kombinasi tanaman tahunan dan semusim sebagai penghasil Nektar dan Polen. Pemilihan tanaman tahunan penghasil nektar dan polen sepanjang tahun yang menjadi andalan sangat penting untuk menjamin kontinuitas produksi dan kehidupan lebah tanpa sengat dalam jangka panjang. Sedangkan tanaman semusim bisa diproduksi secara massal dengan biji dan bisa memasok kebutuhan nektar dan polen dalam jumlah banyak dalam waktu singkat (2-3 bulan).

Beberapa contoh jenis tanaman semak tahunan yang berpotensi sangat baik untuk dikembangkan di kebun lebah antara lain batavia, euphorbia dan xanthostemon merah. Sedangkan dari jenis pepohonan yang cukup pesat pertumbuhan dan hasil nektar/polennya cukup melimpah adalah xanthostemon kuning, kaliandra pagoda, akasia dan ceri. Sementari dari jenis tanaman rambat antara lain air mata pengantin, porana, thunbergia, passiflora (alata, vitifolia, edulis).

Tanaman semak semusim penghasil polen andalan dan menjadi favorit lebah tanpa sengat antara lain bunga matahari meksiko, bunga matahari umum, jagung, dan celosia (jengger ayam)

(4) Jarak terbang sangat menentukan lokasi penempatan sumber pakan. Makin dekat dan makin tersebar sumber pakan di sekitar lokasi stup sangat menentukan produktivitas lebah dalam menghasilkan madu, beebread dan propolis. Untuk lebah kecil seperti T. biroi sebaiknya jarak sumber vegetasi NPR (nektar, polen dan resin) tidak lebih dari 50 meter.

(5) Sangat penting untuk membagi jenis tanaman yang akan dibudidayakan dalam kebun lebah yang akan kita bangun berdasarkan 3 katagori jangka waktu pengadaan pakan agar bisa berkesinambungan sepanjang tahun atau sepanjang waktu.

A. Jenis tanaman jangka pendek dan cepat menghasilkan pakan yang berumur 2-6 bulan. Biasanya dari jenis-jenis tanaman semusim penghasil polen walaupun mungkin ada sedikit nektar. Beberapa jenis yang favorit dan selalu disukai serta bisa dijadikan tanaman wajib seperti: bunga jagung, bunga matahari, bunga matahari meksiko, bunga jengger ayam (Celocia), bunga bayam. Tanaman semusim ini strategi penanamannya dalam setahun diatur agar selalu tersedia, yaitu dengan mengatur jarak waktu tanam dalam interval 2-3 minggu sehingga bunganya akan selalu tersedia sepanjang waktu bergantian. Bisa dilakukan bergantian antar jenis atau semua jenis sekaligus.

B. Jenis tanaman jangka menengah. Karena kebutuhan polen yang utama sudah tersedia oleh jenis-jenis tanaman semak semusim. Maka jenis tanaman jangka menengah ini lebih difokuskan sebagai penghasil nektar walaupun bisa saja menhasilkan polen dan resin sekaligus. Pilih jenis penghasil nektar dalam waktu cepat dan melimpah yang sudah diakui para praktisi agar tidak menyesal di kemudian hari karena ternyata kurang bisa diandalkan setelah terlanjur ditanam. Dari jenis tanaman semak tahunan antara lain Xanthostemon merah, Batavia (Jatropha integerrima), Euphorbia, bung pukul 8 (Turnera subulata), Kana, Begonia, Heliconia atau pisang-pisangan. Dari jenis tanaman rambat antara lain Air Mata Pengantin (AMP, Antigonon sp), Thunbergia (alata, grandiflora), markisa (Passiflora edulis), Porana, dll. Dan banyak jenis tanaman lain yang mungkin bisa menjadi andalan setiap daerah.

C. Jenis tanaman jangka panjang. Bisa hanya penghasil salah satu pakan NPR (nektar, polen, resin) atau ketiganya sekaligus. Keberadaan jenis tanaman atau pohon yang bersifat tahunan dan bisa tumbuh besar nantinya akan menjadi sumber pakan abadi yang tidak perlu banyak pemeliharaan serta akan menjadi andalan utama budidaya lebah. Tanaman Xanthostemon kuning tumbuh dengan sifat sebagai pohon besar berbeda dengan Xanthostemon merah/orange. Xanthostemon kuning bisa menjadi pohon andalan penghasil nektar dan polen. Pohon kaliandra pagoda (Calliandra calothyrsus) sangat berpotensi menghasilkan nektar yang melimpah. Pohon Acasia mangium bisa menghasilkan nektar ekstrafloral (dari ketiak daun atau lainnya), demikian juga singkong karet dan pohon karet selain menghasil resin. Pohon ceri memiliki pertumbuhan yang cepat dan berbunga sepanjang tahun. Nyamplung, sulatri, mangga, manggis, pinus, agathis dll bisa menjadi sumber resin dan beberapa sebagai penghasil NPR.

6. Identifikasi keberadaan tanaman liar atau tanaman eksisting yang secara alami tumbuh di sekitar kebun budidaya lebah. Biarkan tumbuh dan dilestarikan keberadaannya agar bisa membantu menjadi sumber pakan lebah andalan yang tidak perlu banyak pemeliharaan rutin.

7. TO BE CONTINUED/REVISED